Sunday, November 27, 2011

Surga Itu Bernama "Ibu"




"seorang pemuda berjumpa dengan Rasulullah S.A.W dan berkata:Wahai Rasulullah S.A.W, siapakah orang yang lebih berhak mendapat layanan dan kasih sayangku?Nabi S.A.W berkata:Ibumu.kemudian siapa lagi?Nabi menjawab:Ibumu,bertanya lagi beliau:kemudian siapa lagi?Nabi menjawab,Ibumu.Bertanya lagi beliau: kemudian siapa lagi?Nabi menjawab:Ayahmu..."(H.R.Bukhari dan Muslim)

>>>suatu kisah yg menginspirasiku<<<

Uwais al-Qarni lahir di tengah keluarga miskin di sebuah desa terpencil di dekat Nejed, Yaman. Tidak ada yang mendokumentasikan hari kelahirannya. Ayah dan Ibunya yang taat beribadah, tidak mampu menyekolahkannya. Alhasil, dia mendapat pelajaran seadanya dari orang tua yang sangat dicintai dan ditaatinya. Ayahnya meninggal dunia ketika Uwais kecil. Sementara Ibunya sudah tua renta dan lumpuh. Penglihatannya pun kabur. Uwais tak punya sanak keluarga.

Dalam kehidupan keseharian, Uwais lebih banyak menyendiri dan diam. Dia pemuda yang tinggi badannya sedang, berambut lebat dan merah, matanya biru, pundaknya lapang panjang, serta kulitnya kemerah-merahan. Tidak sedikit kawan-kawan yang sering mengejek, menghina, menertawakan, dan mencapnya anak bodoh. Uwais tidak membalas perlakuan buruk tersebut. Dia lebih senang membantu meringankan beban orang tuanya dengan cara bekerja sebagai penggembala dan pemelihara ternak upahan. Pergaulannya hanya dengan sesama penggembala di sekitarnya.

Sejak kecil Uwais sudah memeluk agama Islam. Siang hari dia bekerja keras sambil terus berpuasa, malamnya shalat dan bermunajat kepada Allah SWT untuk mendoakan orang lain. Hati dan lisannya tidak pernah lengah dari berdzikir dan membaca Al-Quran selama beraktivitas. Dia juga selalu merawat dan memperhatikan keadaan Ibunya. Namun, terkadang dia merasakan sedih ketika tetangganya bisa pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sementara Uwais belum mampu karena berbagai kendala. Dia sekadar mendengarkan cerita-cerita tentang Rasulullah. Ternyata hal itu kian menumbuhkan kecintaan dan kerinduannya untuk bertemu Rasulullah.

Dikisahkan, ketika terjadi Perang Uhud, Rasulullah mendapat cedera dan giginya patah akibat dilempari batu oleh musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Serta merta dia segera memukul giginya sendiri dengan batu hingga patah. Apa yang dilakukannya sebagai salah satu bukti kecintaannya kepada Rasulullah, sekalipun dia belum pernah melihatnya. Dia merenung dan bertanya dalam hati, bisakah satu saat dirinya memandang wajah Rasulullah dari jarak dekat.
Sebetulnya Uwais sanggup pergi ke Madinah dengan berjalan kaki. Namun, dia tidak tega meninggalkan Ibunya sendirian di rumah. Sementara hati Uwais selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa Rasulullah. Dalam satu kesempatan Uwais mendekati Ibunya, mengeluarkan isi hati dan memohon izin agar diperkenankan pergi ke Madinah. Ibunya merasa terharu, lalu mengabulkan permintaannya. Ibunya mengingatkan, bila sudah berjumpa Rasulullah, Uwais segera pulang. Uwais menyanggupi. Dengan rasa gembira, dia berkemas untuk berangkat. Tak lupa dia menyiapkan keperluan Ibunya yang akan ditinggalkan dan berpesan kepada tetangganya agar dapat menemaninya selama dirinya pergi.

>Uwais Tidak Bertemu Rasulullah SAW

Uwais mencium tangan Ibunya sebelum pergi. Dia bersemangat akan menempuh jarak kurang lebih empat ratus kilometer sebelum sampai di Madinah. Gurun pasir, bukit curam, cuaca panas dan dingin dilaluinya tanpa rasa takut, demi berjumpa dengan pujaan hatinya. Tibalah dia di Kota Madinah. Setelah bertanya kepada beberapa orang, dia menuju rumah Rasulullah. Pintu rumah itu diketuknya sambil mengucapkan salam. Siti Aisyah, istri Rasulullah, menjawab salam dan membukakan pintu. Uwais menyampaikan tujuan kehadirannya. Aisyah menjawab, Rasulullah tidak berada di rumah, melainkan sedang di medan perang.

Betapa kecewanya Uwais. Wajahnya menunduk sedih. Dia disergap kebingungan, apakah harus menunggu kepulangan Rasulullah atau segera kembali ke rumahnya. Dia teringat Ibunya yang sakit-sakitan dan tak bisa ditinggal lama. Rupanya ketaatan Uwais kepada Ibunya telah mengalahkan hasrat kuatnya untuk berjumpa Rasulullah. Akhirnya dia mohon pamit dan hanya menitipkan salam. Aisyah berjanji akan menyampaikannya. Langkah kaki Uwais gontai. Perasaannya terharu, campur aduk tak karuan.

Beberapa hari kemudian, Rasulullah pulang dari medan peperangan. Rasulullah langsung menanyakan kepada Aisyah tentang kedatangan seseorang dari Yaman yang mencarinya. Aisyah lalu menjelaskannya. Menurut Rasulullah, Uwais Al Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Dia tidak dikenal penduduk bumi, tetapi sangat terkenal di langit. Jika ada yang berjumpa dengan Uwais, tambah Rasulullah, mintalah doa serta istighfar darinya. Uwais mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangan dan baru kirinya.
(source:http://sabilulhuda.org/index.php?option=com_content&view=article&id=98:uwais-al-qarni-sang-tabiin-mulia-&catid=46:tulisan-dari-santri&Itemid=83)

>>>kisah Al-Qomah<<<

Alkisah pada masa Rasulullah, terdapat seorang sahabat yang bernama Al Qomah. Sahabat alim ini dikenal sangat taat dalam menjalankan ibadah khususnya sholat. Setiap Rasulullah sholat pasti beliau selalu menjadi makmum dibelakangnya. Tetapi malang, menjelang akhir hidupnya, Al Qomah mengalami cobaan berat. Disaat-saat sakaratul maut, lidahnya begitu berat untuk mengucapkan dua kalimat syahadat, meskipun berkali-kali Rasulullah menuntunnya. Sehingga akhirnya Rasulullah memanggil istri Al qomah dan menanyakan keberadaan ibu Al Qomah. Ternyata ibu al Qomah masih hidup dan tinggal di sebuah kota. Dengan segera Rasulullah mendatangi dan menemui ibu Al Qomah.
Rasulullah menceritakan bagaimana kondisi Al Qomah. Ibu tersebut tidak menunjukkan reaksi apapun bahkan menyumpahinya. Setelah Rasulullah berdialog dengan ibu Al Qomah, barulah beliau memahami ternyata ibu tersebut memiliki sakit hati pada putranya. Setelah berkeluarga, Al Qomah tidak lagi memperhatikan hak-hak ibunya. Dengan bujukan Rasulallah, akhirnya hati ibu tersebut luluh juga dan memaafkan putranya. Dengan ketulusan hati ibunya memaafkan kesalahannya, akhirnya Al qomah dapat mengucapkan dua kalimat syahadat dan meninggal dunia dengan khusnul khotimah.

Wednesday, November 16, 2011

HIDUP ADALAH BELAJAR




Hidup adalah belajar...

Belajar bersyukur meski tak cukup
Belajar Ikhlas meski gak rela
Belajar Taat meski berat
Belajar memahami meski tak sehati
Belajar bersabar meski terbebani
Belajar setia meski tergoda
Belajar dan terus belajar dengan keyakinan setegar karang
Walau kodrat hati seperti air laut pasang surut dan sering terbawa arus
Maka dari itulah kita senatiasa harus belajar untuk tetap berada dijalan yang benar dengan banyak bersabar.

Dari batu kita belajar ketegaran,
Dari air kita belajar ketenangan
Dari tanah kita belajar kehidupan
Dari api kita belajar keberanian.

Karena hidup adalah belajar tanpa akhir.

_Warna-warni dunia_ :)

Bentuk Diri agar Pantas Dipinang

Mengarungi bahtera rumahtangga yang sakinah mawaddah warahma bersama pasangan impian,dambaan setiap orang. Tentu tak mudah meraihnya.Jika belum menikah,kita masih punya banyak kesempatan untuk melakukan persiapan yang paripurna.

Dibawah ini ada beberapa tips dari majalah ummi edisi sep'2011, yang kudu kita lihat biar kita pantas untuk dipinang,begitu katanya ^_^

-KOMITMEN KUAT PADA IBADAH WAJIB
Lazim pada ibadah-ibadah wajib adalah indikasi dari kematangan diri muslim. Pernikahan adalah syariat maka penegakannya pun harus dengan fondasi keagamaan yang mapan.Dengan terawatnya ibadah-ibadah wajib,InsyaAllah ketika berumah tangga, anak kita akan lebih mudah diarahkan untuk beribadah.

-MAKSIMAL DALAM IBADAH SUNAH
Berkeluarga tentu akan banyak menyita banyak waktu dan tenaga.Salah satu yang akan terkorbankan adalah waktu untuk melakukan ibadah-ibadah sunah seperti qiyamullail,tilawah Al-qur'an,Menghadiri kajian-kajian ilmu,deelel.Namun bila kita maksimal mengamalkannya, insyaAllah setelah menikah kita tidak meninggalkannya, walau mungkin sedikit ada penurunan. lebih Bagus lagi bila tetap sama kadar intensitasnya.

-MENINGKATKAN KEDEWASAAN
Seorang disebut dewasa bila ia mampu mengatasi dan bertanggung jawab atas segala konsekuensi perbuatannya.Mampu mengedepankan rasio ketimbang emosi saat mengambil keputusan,serta mampu menerima realitas dan mendahulukan kebaikan bersama diatas kepentingan dirinya sendiri.

-CUKUP ILMU
Cukup disini bukan berarti boleh tidak belajar lagi, karena menuntut ilmu adalah proses sepanjang hidup.Cukup disini adalah menyadari urgensi menikah dari segi syariat dan mempunyai cukup banyak informasi tentang pengalaman pernikahan orang lain atau dari seminar-seminar pernikahan dan pebgasuhan anak.

-TERAMPIL MENGATUR KEUANGAN DAN URUSAN RUMAH TANGGA
Salah satu tugas penting istri adalah mengatur urusan rumah dan keuangan keluarga.Karena itu kemampuan ini perlu dipupuk sejak sebelum menikah.Tak harus sangat terampil, minimal ada keinginan untuk terus belajar.

_Warna-warni dunia_:)

Episode Hidup

Bicara mengenai episode erat kaitannya dengan sebuah sinetron kali ya,,,tak jauh berbeda hidup juga punya episode.Setiap orang memiliki episode - episode masing - masing. Ada kalanya episode penuh tawa bahagia, lalu duka terluka, sedih kehilangan, bersambut keceriaan, horor mencekam,deelel.Seperti sebait syair lagu Panggung sandiwara yang dinyanyikan oleh Achmad Albar dibawah ini:


Dunia ini panggung sandiwara
Cerita yang mudah berubah
Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar ada peran berpura pura.

Sebagai seorang muslim,sejatinya kita kudu bisa memaknai dan menyikapi setiap peristiwa yang kita hadapi (read:peran yang kita jalani) dengan arif dan bijaksana serta meyakini bahwa tidak ada satupun yang Allah ciptakan sia-sia.Setiap episode dalam kehidupan ini pastilah mengandung hikmah yang besar. Seperti telah tertera dalam sebuah hadist:

"Sungguh unik perkara orang mukmin itu! Semua perkara yang menimpanya adalah baik. Jika mendapat kebaikan ia bersyukur, maka itu menjadi sebuah kebaikan baginya. Dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka itu juga menjadi sebuah kebaikan baginya. Dan ini hanya akan terjadi pada orang mukmin (beriman yakin kepada Allah swt)"

Karena Sesungguhnya semua yang terjadi sudah menjadi hak prerogatif Sang Maha Kuasa,artinya telah tertera dan tertulis didalam kitab lauhul mahfudz.

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (Q.S. al-Hadid: 22.

TUM DESEM WARINGIN,Smart Fm-berkata:Dalam menyikapi kehidupan, diperlukan “ilmu memberi arti”. Dengan ilmu memberi arti, kita akan dapat menerima apapun peristiwa yang terjadi dengan rasa syukur dan lapang dada, terutama untuk peristiwa yang tidak menyenangkan. Dengan ilmu memberi arti, jika terjadi peristiwa yang diluar kontrolnya (tidak menyenangkan) maka amarah bisa dikelola.

Ilmu memberi arti terkait dengan sikap bijaksana. Jika kita bisa member arti dengan benar atas setiap peristiwa yang terjadi maka kita telah bersikap bijaksana. Untuk itu kita harus pandai member arti atas setiap peristiwa yang terjadi. Orang yang menyesali suatu peristiwa hidupnya tidak bahagia. Peristiwa yang sudah terjadi adalah sesuatu yang sudah tidak bisa dikontrol. Terimalah! Jadikan apapun yang terjadi sebagai hal yang positif. Meski pahit, jadikan itu sebagai pelajaran untuk menjadi lebih baik.

Selalu ada yang bisa kita syukuri dari setiap peristiwa, termasuk dari peristiwa yang tidak menyenangkan atau pahit sekalipun. Yakinlah bahwa Tuhan ingin menjadikan kita lebih baik. Lihatlah orang-orang disekitar Anda, yang kondisi tidak lebih baik/beruntung dari Anda.

Teringat surat al-Baqarah: 216 Allah berfirman: “Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Salah seorang penyair berkata,

Betapa banyak jalan keluar yang datang setelah rasa putus asa

Dan betapa banyak kegembiraan datang setelah kesusahan.

Siapa yang berbaik sangka pada Pemilik ‘Arasy dia akan memetik manisya buah

Yang dipetik di tengah-tengah pohon berduri.


Penyair lain berkata,

Jika persoalan telah sangat sulit , tunggulah jalan keluarnya,

sebab ia akan segera menemukan jalan keluarnya.

So,,,there is no word for desperate :) _Inilah warna-warni hidup_